Minggu, 11 September 2016

KISAH KETUPAT, LONTONG, DAN BURASA'




#Sebuah Kutipan!

Setelah direbus beberapa jam, keluarlah tiga sahabat : ketupat (K), lontong (L) dan burasa (B) dari satu panci besar. Diangin-anginkan sebentar, didinginkan, kemudian ditata di sebuah piring. Dalam piring, terjadilah percakapan kecil antara ketiganya.

K : "Halo bro semua... Akhirnya kita lahir juga yah"
L : "Iya, Alhamdulillah kita lahir dengan selamat... Hehehe"
B : "Wah, kita keluar dari panci yang sama, rahim yang sama bro..."
K : "Iya, kita saudara... Mungkin bisa dibilang kita saudara kembar, tapi...."
L : "Tapi tidak identik!!!"
B : "Hahahaha... Betul betul betul... Eh tapi, ngomong-ngomong siapa diantara kita yang paling tampan?"
K : "Aku dong!!
L : "Ah.. Mana bisa!!"
B : "Apa buktinya, ketupat!!"
K : "Lihat saja, rupaku keren begini, butuh perjuangan tangan terampil untuk merangkaiku hingga setampan ini..!"
L : "Ah, lebay... aku dan burasa juga susah dibuatnya!"
B : "Iya nih, ketupat lebay... Biar tampan kalo tak bermakna, kan ndak guna!"
K : "Siapa bilang penciptaanku tak bermakna? Konon, makna penciptaanku penuh filosofi, makanya aku sangat khas di hari raya lebaran. Aku melambangkan bahwa orang yang membawaku mengaku kalau ia manusia yang lepat (keliru). Kesalahan manusia yang bermacam-macam itu tercermin pada anyamanku yang berselang-seling dan rumit. Kalau aku dibelah, tampaklah isiku yang berwarna putih. Nah, itulah cerminan hati yang putih bersih dan suci setelah manusia memohon ampun dari segala kesalahan. Maka ketika manusia mengantarkanku kepada sanak keluarga dan kerabat mereka, secara simbolis pembawaku menyatakan permohonan maaf sambil mengajak bersilaturahmi"

L : "Lagi-lagi kamu lebay wahai ketupat, pemaknaan berlebihan dan dibuat-buat. Bukankah tak penting simbolisasi, yang penting manfaatnya. Kita kan sama-sama berguna, dimakan, dan membuat kenyang manusia. Malah kamu sulit dibuatnya, rumit, menyusahkan. Aku dengan mudahnya dibuat manusia, tinggal dibungkus daun pisang dan jadilah. Lihat juga dikeseharian manusia, aku lebih banyak dicari daripada kamu, seluruh makanan bisa dipadankan denganku"

B : "Stop!! Hentikan perdebatan ini, kalian berdua sombongnya minta ampun, aku yang terbuat dari bahan tambahan tidak sesombong kalian. Aku makanan asli dari sulawesi, selalu dicari. Aku ditambah santan, kalian tidak ada campurannya sama sekali. Rasaku lebih enak dari kalian!"

Percakapan terhenti, saya mengambil masing-masing satu ketupat, lontong, dan burasa di piring. Saya campur dengan sedikit daging. Saya habiskan kurang dari 3 menit. Mereka bertiga saya lahap sekaligus, bertemu kembali dalam perut untuk dikeluarkan lagi keesokan harinya. Saya pun kenyang, ketiganya berhasil menyingkirkan peran nasi untuk beberapa hari kemudian.

Ini hanyalah cerita fiktif. Tak perlu menyombongkan diri atas apa yang dimiliki, yang penting manfaat bagi kehidupan. Manusia juga demikian, apa yang mau disombongkan? Tokh semuanya berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Berbuat yang terbaik saja, biar hidup bermanfaat. Semangat berlebaran.

Senin, 29 Agustus 2016

ISLAM NUSANTARA YES OR NO??? (Haerul Akbar)



Melihat fenomena perselisihan sesama umat islam sendiri terkait dengan wacana Islam Nusantara, itu sudah cukup menjadi indikasi bahwa musuh islam telah berhasil membuat kita saling tindih menindih. Musuh tertawa terbahak-bahak, kita sesama umat islam terlena dengan Racun-racun yang mereka lempar.(sebagai prolog)
Saya hanya orang awam, kapasitas keilmuan saya yang begitu minim sehingga Saya tak punya kapasitas untuk mengatakan bahwa wacana Islam Nusantara itu salah. Namun saya hanya ingin memberikan sedikit pandangan saya terkait dengan hal tersebut. Tulisan ini dimulai dengan mencoba melihat tiga analisis pribadi saya disertai jawaban singkat saya terkait dengan Probabilitas statemen terhadap realitas kehidupan berIslam di Indonesia seperti yang diterangkan dibawah ini:
Yang pertama: analisis realitas kemasyrakatan, dikatakan bahwa masyarakat itu bersifat dinamis, baik berkaitan dengan adat, budaya serta kebiasaan terutama bersifat dinamis pada sebuah perubahan.
Nah, bagaimana islam menyikapi perubahan ini??? Islam secara normatif punya tolak ukur tersendiri dalam menyikapi perubahan tersebut. Islam punya sumber yang asli dan jelas yaitu al-Qur’an, Hadits, ijma dan Qiyas. Jadi, adat, budaya, kebiasaan serta perubahan-perubahan Dallam bermasyarakat harus tetap disandarkan kepada Islam bukan malah sebaliknya Islam yang disesuaikan dengan realitas tersebut.
Yang kedua: analisis realitas fenomena perbedaan dalam memahami islam.
Hal ini tak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena mulai dari zaman Nabipun sampai sekarang kita selalu melihat perbedaan dalam memahami Islam. Hal ini bisa saja disebabkan karena pemahaman tiap individu itu berbeda serta madzhab yang dijadikan pijakan juga berbeda. Perbedaan seperti ini dibenarkan dalam Islam karena terjadinya perbedaan ini beralasan secara Syar’i.
Yang ketiga: analisis realitas keberadaan Umat Islam di dunia terutama yang ada di timur tengah yang tengah bergejolak dimana dipandang bahwa umat islamlah sebagai biangnya.
Saya ingin katakan bahwa Jangan karena bergejolaknya umat Islam di sana lantas kita menjustifikasi bahwa Islamlah biangnya, sehingga kita umat Islam akan buta akan musuh kita yang sesungguhnya. Kita terus ditutupi mata kita oleh musuh Islam akan penyebab utama bergejolaknya saudara kita sesama Muslim di Timur tengah. Mata kita ditutupi dengan menciptakan pertentangan-pertentangan antar kita umat islam sehingga mata kita seakan tak pernah melirik mereka sebagai musuh yang sesunguhnya. Makanya jangan heran kalau sering kita mendengar perkataan seperti ini: Islam Indonesia jauh lebih baik disbanding Islam Palestina yang kerjaannya hanya menumpahkan darah, kita harus mempertahankan islam kita yang terbaik agar bisa jadi patokan bagi Islam di Negara-negara lain.
Ketiga analisis di atas tak bisa kita nafikan realitasnya. Kebenaran analisis ini dapat dibuktikan secara empirik dan rasional dalam semesta ke-Indonesiaan. Meskipun itu merupakan sebuah kebenaran yang mungkin masih bersifat kebenaran spekulatif tetapi hal itu tak bisa dijadikan pijakan untuk melahirkan sekte-sekte, varietas-varietas, pengklasifikasian terkait keberadaan manusia dalam berislam… itu Cuma sebatas realitas yang harus kita sesuaikan dengan ajaran murni Islam(al-Qur’an dan Hadits) bukan malah sebaliknya islam yang menyesuaikan dengan realitas tersebut.
Kendatipun demikian, ketiga analisis di atas, sering saja dijadikan pijakan untuk melahirkan varietas-varietas dalam kehidupan berislam, sering dijadikan pijakan untuk membagi Islam dengan dengan label-label tertentu, mengklasifikasi Islam dengan kutub-kutub tertentu dan seterusnya sebagaimana yang saat ini wacana keislaman yang lagi hangat dalam perbincangan(nggak etis kalau disebut namanya) sehingga tak heran kalau pikiran kita teracuni ide musuh-musuh Islam yang menanamkan bahwa dalam berislam ada namanya Islam spiritual, Islam nasional, islam politik, moderat, tradisional, islam radikal, islam hakikat, islam Syariah dan seterusnya. Pengklasifikasin seperti ini justru bisa mengaburkan pandangan umat islam terkait Islam yang sesunggguhnya.
Realitas-realitas tersebut menurut saya keliru untuk dijadikan sebagai induk lahirnya pengklasifikasian dalam berislam, Varietas-varietas islam, serta jenis-jenis islam, karena hal itu justru akan memecah belah Islam. Umat Islam akan mudah terpecah belah antara varietas yang satu dengan varietas yang lain, jenis Islam yang satu dengan jenis Islam yang lain. padahal islam itu satu, tak ada pembagian-pembagiannya, tak ada pembagian kutub. Jangan terjebak dengan pengklasifikasian seperti ini karena pengklasifikassian seperti ini merupakan cara licik para penjajah barat supaya dengan mudah menghancurkan islam.
Namun apalah daya Pengklasifikasian itu sudah muncul sebagai racun di tengah kehidupan berIslam sehingga dikenallah islam moderat, islam hakikat, islam Sayriah dan seterusnya sehingga dengan mudah umat islam dipecah belah dan diadudomba dengan mengatasnamakan varietas, jenis, dan pengklasifikasian islam tersebut oleh para musuh Islam. Hal yang paling memilukan jika varietas itu bertambah banyak dan musuh Islam tambah galak memunculkan berbagai macam varietas dan pengklasifikasian dalam berIslam.
Harus kita waspadai sedini mungkin. Jangan mudah terjebak dengan munculnya penamaan-penamaan yang membutakan kita terkait dengan Islam yang sesungguhnya…
Untuk menjawab pertanyaan apakah Islam nusantara Yes Or No, maka lihatlah argument-argumen terkait dengan wacana Islam Nusantara kemudian bandingkan dengan penjelasan saya… karena sekali lagi saya katakan bahwa saya belum punya kapasitas untuk mengatakan di depan umum bahwa Islam Nusantara itu YES atau Islam Nusantara itu NO tetapi secara pribadi tentunya saya sudah punya pilihan sendiri.
Wallahu a’lam bi ash-Shawab

ISLAM DAN POLITIK Haerul Akbar



ISLAM dan POLITIK adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Islam tanpa politik akan lumpuh dan politik tanpa Islam akan buta.
Saya kurang setuju kalau ada orang yang berstatemen bahwa Islam dan Politik harus dipisahkan karena politik itu keras,kotor, dan Radikal sedangkan Islam itu Spritualis,suci, dst..pemahaman seperti ini muncul dari konsep pelebelan Islam: islam Spritualis dan Islam Politik...
Islam Spritual yang diannggap baik karena berbau ibadah,kemasjidan dll sedangkan Islam Politik dianggap akan memecah belah umat karena keras, mengancam NKRI dst.
Oleh karenanya kenapa power Islam sekarang Lumpuh? Itu karena Islam dipisahkan dengan politiknya. Mengapa orang menganggap bahwa politik itu buta,kotor,dan keras? Itu karena Politik dipisahkan dengan Islam...
Siapa yang memisahkan keduanya??? Tak lain adalah musuh islam dengan memberikan lebel-lebel keislaman yang menyeasatkan.

Wallahu A'lam bi ash-shawab
‪#‎semoga ada yang mau berbagi ide.

GENERASI DI UJUNG TANDUK Oleh Haerul Akbar



Tak bisa lagi kita menghindar ditengah arus zaman modern dengan kemajuan sains dan teknologi. Kemajuan yang sangat sensitif dalam menyikapinya. Tergantung kepada sikap kitalah yang mengantarkan kepada kemuliaan atau kehinaan. Diera modern ini tak sedikit kita jumpai remaja yang durhaka, dengan akhlak yang begitu memilukan karena pergaulannya yang serba bebas, tak banyak lagi diatara mereka yang memiliki semangat kerja yang tinggi namun mereka telah diperbudak oleh sikap bermalas-malasan, mereka telah menjadi budak narkotika, penjudi, dan pemabuk akhirnya lahirlah generasi-generasi yang tak berbudi dan tak berkualitas.
Janganlah meratapi kenyataan itu. Sekarang masih banyak juga remaja yang berakhlak luhur, berbudi mulia, serta pergaulannya masih suci tanpa noda, masih unggul dalam prestasi dan masih sukses dalam karya. Itulah yang harus kita jaga jangan sampai juga terlena dan terjerumus dalam gilasan zaman yang memperdayakan, itulah yang semestinya kita santuni dalam mengembangkan potensinya, itulah yang harus kita jaga pergaulannya supaya tetap suci tak ternoda, itulah yang harus mendapat perhatian agar menjadi generasi pelanjut yang hebat, siramilah mereka dengan nasihat dan keteladanan.
Banyaknya generasi yang sudah terpedaya, maka mari bertindak untuk membuat mereka sadar. Mungkin bukanlah semua kesalahannya sehingga terpedaya seperti itu, mungkin mereka hanya butuh nasihat dan teman bercerita yang baik dari orang baik, Berilah mereka keteladanan dan nasihatilah mereka selalu, sadarkanlah mereka dan bangkitkanlah kembali motivasinya bentuklah kembali mereka menjadi insan-insan berjiwa positif dan berpikir membangun
Generasi pelanjut adalah aset urgent. Jagalah mereka dan jangan biarkan terlindas oleh ganasnya zaman modern. Sadarkanlah mereka yang tak sadar, motivasilah mereka yang tak bersemangat, siapapun kita, kita punya andil untuk menjaga generasi ini mulai dari masyarakat kecil sampai level tertinggi, mulai yang tak punya jabatan sampai yang jabatan tertinggi, kita punya andil untuk menjaga generasi ini sesuai porsi dan cara kita masing-massing . Jagalah mereka karena masa depan ada di tangan mereka para generasi pelanjut..
Wallahu a’lam bi ash-shwab

MAHASISWA ADALAH KAUM INTELEKTUAL (Secercah Refleksi) Oleh Haerul Akbar (FTK 2011)

Sebuah Pengantar
Sudah dua hari berturut-turut (terhitung 12 dan 13 april 2016) terjadi tawuran antar mahasiswa di kampus UIN Alauddin Makassar yang dikenal sebagai kampus peradaban dan kampus islam. Tentunya sebuah ironi yang menelisik tajam layaknya belati yang menyayat dengan bengis sekaligus mengundang tanya dalam benak pilu “kok kampus Islam seperti itu???” apakah itu jalan terbaik yang harus ditempuh dalam menyelesaikan persoalan???
Izinkanlah aku merindu melihat pemandangan kampus UIN Alauddin Makassar akan cerminan nilai-nilai akademis yang selalu menghiasi  dengan pengamalan nilai-nilai keislaman yang selalu tercermin di balik biliknya serta hingar bingarnya yang selalu penuh kedamaian dengan semerbak pemberitaannya yang selalu harum mewangi sehingga kubangga mengatakan: “Betapa bahagianya aku kuliah di Kampus peradaban UIN Alauddin Makassar.”

MAHASISWA ADALAH KAUM INTELEKTUAL
Status mahasiswa merupakan prestise yang didambakan oleh seorang peserta didik tingkatan SMA sekaligus sebagai gelar kehormatan tertinggi bagi kaum terpelajar dalam dunia pendidikan formal dan bersamaan itu pula seluruh beban dan tanggungjawab moril akan diemban olehnya.
Orang yang menyandang status sebagai mahasiswa tentunya harus memiliki karakteristik dan sikap khas yang membedakannya dengan orang lain pada umumnya. Salah satu ciri mahasiswa ialah dikenal dengan sebutan “kaum intelektual”. Hampir semua kalangan paham akan hal ini maka tentunya segala bentuk perkataan, sikap dan tingkah lakunya harus mencerminkan sebagai kaum intelektual yang menjadi pembeda dengan kaum-kaum yang lain termasuk kaum premanis, kaum hedonis, dan lain-lain.  
Kalau kaum premanis yang indikasinya antara lain ialah senang  melakukan kekacauan, tawuran, pengrusakan, kerisauan, dan ketidakamanan hidup, maka seorang mahasiswa sebagai kaum intelektual harus berbeda dengan kaum premanis. Jadi kalau ada mahasiswa yang kegemarannya melakukan kekacauan, tawuran, pengrusakan fasilitas kampus, dan menciptakan ketidakamanan dan kerisauan maka dengan sendirinya karakteristiknya sebagai kaum intelektual sudah menjelma menjadi kaum premanis apalagi hal itu dilakukannya secara terus menerus dalam hitungan pekan, bulan, dan ditiap tahunnya.
Kalau kaum hedonis yang indikasinya antara lain ialah senang kalau selalu berhura-hura, selalu santai, bermalas-malasan, dan lain-lain yang pada intinya berkiblat pada kesenangan semata , maka seorang mahasiswa sebagai kaum itelektual juga harus berbeda dengan kaum hedonis. Jadi kalau ada mahasiswa yang kegemarannya hanya berhura-hura, bermalas-malasan masuk kuliah, dan sebagainya, maka secara tak sadar karakteristiknya sebagai kaum intelektual telah menjelma menjadi kaum hedonis.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual tentunya harus tampil sebagaimana karakternya sebagai kaum intelektual, menciptakan suasana akademik yang kondusif, aktif mengikuti perkuliahan, gemar berdiskusi dan mengikuti kajian-kajian, rajin membaca dan tentunya tidak menjadi mahasiswa yang berkarakter premanis atau hedonis yang selalu berbuat kerusakan, tawuran, rusuh dan sebagainya. Tampillah ia sebagai kaum intelektual yang sebenarnya sehingga akan nampak pada pribadinya sebagai kaum intelektual sehingga cukup  orang lain melihat, memperhatikan, dan mendengarkan cerita tentang pribadinya maka ia langsung dikenali sebagai kaum intelektual karena sikapnya yang telah mencerminkan sebagai kaum intelektual.
Lebih dari itu mahasiswa yang kuliah di kampus Islam merupakan suatu nilai plus dan predikat luhur karena selain dikenal sebagai kaum intelektual juga melekat pada dirinya sebagai mahasiswa Islam. Tentunya sebagai mahasiswa Islam harus tercermin dalam dirinya sikap dan karakternya sebagai mahasiswa Islam, setidaknya salah satu indikator yang mencerminkan ciri mahasiswa Islam antara lain cinta damai dan jauh dari perbuatan-perbuatan rusuh dan merusak sebagaimana esensi dari ajaran Islam itu sendiri yang merupakan agama yang damai dan memberikan kedamaian, agama yang selamat dan memberikan keselamatan.
Mereka berkarakter sebagai orang-orang yang selalu memberikan ketenangan, kedamaian, dan keselamatan yang menyelesaikan persoalan dengan jalan yang baik-baik melalui komunikasi yang penuh hikmah serta pemecahan yang memberikan mashlahat. Apapun alasannya ia enggan untuk melakukan tidak kecerobohan yang pastinya akan merusak citra dan nama baiknya sebagai kaum intelektual dan mahasiswa yang Islami.
Damai dan selamatlah selalu Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar, yang seluruh komponennya selalu berusaha untuk memberikan kedamaian dan keselamatan sebagai ciri sebuah peradaban dan kampus Islam, tampil dalam mengawal pembangunan bangsa, mencetak generasi-generasi intelektual berwawasan Islam yang integrative dengan benteng kokoh keimanan dan keislaman.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.