Senin, 29 Agustus 2016

MAHASISWA ADALAH KAUM INTELEKTUAL (Secercah Refleksi) Oleh Haerul Akbar (FTK 2011)

Sebuah Pengantar
Sudah dua hari berturut-turut (terhitung 12 dan 13 april 2016) terjadi tawuran antar mahasiswa di kampus UIN Alauddin Makassar yang dikenal sebagai kampus peradaban dan kampus islam. Tentunya sebuah ironi yang menelisik tajam layaknya belati yang menyayat dengan bengis sekaligus mengundang tanya dalam benak pilu “kok kampus Islam seperti itu???” apakah itu jalan terbaik yang harus ditempuh dalam menyelesaikan persoalan???
Izinkanlah aku merindu melihat pemandangan kampus UIN Alauddin Makassar akan cerminan nilai-nilai akademis yang selalu menghiasi  dengan pengamalan nilai-nilai keislaman yang selalu tercermin di balik biliknya serta hingar bingarnya yang selalu penuh kedamaian dengan semerbak pemberitaannya yang selalu harum mewangi sehingga kubangga mengatakan: “Betapa bahagianya aku kuliah di Kampus peradaban UIN Alauddin Makassar.”

MAHASISWA ADALAH KAUM INTELEKTUAL
Status mahasiswa merupakan prestise yang didambakan oleh seorang peserta didik tingkatan SMA sekaligus sebagai gelar kehormatan tertinggi bagi kaum terpelajar dalam dunia pendidikan formal dan bersamaan itu pula seluruh beban dan tanggungjawab moril akan diemban olehnya.
Orang yang menyandang status sebagai mahasiswa tentunya harus memiliki karakteristik dan sikap khas yang membedakannya dengan orang lain pada umumnya. Salah satu ciri mahasiswa ialah dikenal dengan sebutan “kaum intelektual”. Hampir semua kalangan paham akan hal ini maka tentunya segala bentuk perkataan, sikap dan tingkah lakunya harus mencerminkan sebagai kaum intelektual yang menjadi pembeda dengan kaum-kaum yang lain termasuk kaum premanis, kaum hedonis, dan lain-lain.  
Kalau kaum premanis yang indikasinya antara lain ialah senang  melakukan kekacauan, tawuran, pengrusakan, kerisauan, dan ketidakamanan hidup, maka seorang mahasiswa sebagai kaum intelektual harus berbeda dengan kaum premanis. Jadi kalau ada mahasiswa yang kegemarannya melakukan kekacauan, tawuran, pengrusakan fasilitas kampus, dan menciptakan ketidakamanan dan kerisauan maka dengan sendirinya karakteristiknya sebagai kaum intelektual sudah menjelma menjadi kaum premanis apalagi hal itu dilakukannya secara terus menerus dalam hitungan pekan, bulan, dan ditiap tahunnya.
Kalau kaum hedonis yang indikasinya antara lain ialah senang kalau selalu berhura-hura, selalu santai, bermalas-malasan, dan lain-lain yang pada intinya berkiblat pada kesenangan semata , maka seorang mahasiswa sebagai kaum itelektual juga harus berbeda dengan kaum hedonis. Jadi kalau ada mahasiswa yang kegemarannya hanya berhura-hura, bermalas-malasan masuk kuliah, dan sebagainya, maka secara tak sadar karakteristiknya sebagai kaum intelektual telah menjelma menjadi kaum hedonis.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual tentunya harus tampil sebagaimana karakternya sebagai kaum intelektual, menciptakan suasana akademik yang kondusif, aktif mengikuti perkuliahan, gemar berdiskusi dan mengikuti kajian-kajian, rajin membaca dan tentunya tidak menjadi mahasiswa yang berkarakter premanis atau hedonis yang selalu berbuat kerusakan, tawuran, rusuh dan sebagainya. Tampillah ia sebagai kaum intelektual yang sebenarnya sehingga akan nampak pada pribadinya sebagai kaum intelektual sehingga cukup  orang lain melihat, memperhatikan, dan mendengarkan cerita tentang pribadinya maka ia langsung dikenali sebagai kaum intelektual karena sikapnya yang telah mencerminkan sebagai kaum intelektual.
Lebih dari itu mahasiswa yang kuliah di kampus Islam merupakan suatu nilai plus dan predikat luhur karena selain dikenal sebagai kaum intelektual juga melekat pada dirinya sebagai mahasiswa Islam. Tentunya sebagai mahasiswa Islam harus tercermin dalam dirinya sikap dan karakternya sebagai mahasiswa Islam, setidaknya salah satu indikator yang mencerminkan ciri mahasiswa Islam antara lain cinta damai dan jauh dari perbuatan-perbuatan rusuh dan merusak sebagaimana esensi dari ajaran Islam itu sendiri yang merupakan agama yang damai dan memberikan kedamaian, agama yang selamat dan memberikan keselamatan.
Mereka berkarakter sebagai orang-orang yang selalu memberikan ketenangan, kedamaian, dan keselamatan yang menyelesaikan persoalan dengan jalan yang baik-baik melalui komunikasi yang penuh hikmah serta pemecahan yang memberikan mashlahat. Apapun alasannya ia enggan untuk melakukan tidak kecerobohan yang pastinya akan merusak citra dan nama baiknya sebagai kaum intelektual dan mahasiswa yang Islami.
Damai dan selamatlah selalu Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar, yang seluruh komponennya selalu berusaha untuk memberikan kedamaian dan keselamatan sebagai ciri sebuah peradaban dan kampus Islam, tampil dalam mengawal pembangunan bangsa, mencetak generasi-generasi intelektual berwawasan Islam yang integrative dengan benteng kokoh keimanan dan keislaman.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.












                                      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar