Kemajuan zaman ini
memberikan kesepian dan keterasingan baru, yang ditandai dengan lunturnya rasa
solidaritas, kebersamaan, dan silaturrahim.
Syamsul Kurniawan
(Cet.I; Jaakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 17.
Di dunia maya kita telah terkoneksi dengan ribuan hingga jutaan orang tanpa mengenal lagi batas teritorial, dengan siapa dan di manapun kita bisa berkomunikasi. Batas lautan, daratan, gunung, dll bukanlah sebuah halangan. Sungguh demikian hebat akan kemajuan itu. Namun dalam situasi yang lain secara nyata hubungan interpersonal secara riil telah terkikis sedemikian dahsyat, seolah tanpa sadar sikap individualistik telah dikonstruksi dan terkesan hubungan sosial secara riil kian terabaikan. Olehnya itu kita harus proporsional (seimbang) dalam menyikapi kemajuan itu.
Kemajuan
IPTEK dan media digital saat ini berkonstribusi besar memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi manusia, namun disisi lain seakan menihilkan nilai kemanusiaan
secara riil.
Ombang-ambing
dunia layar menghanyutkan manusia masuk ke lautan hegemoni media (terkhusus
media social). Hampir semua orang dan kalangan memiliki akun facebook, twitter,
BBM, WA, line, dan lain-lain. Hemat saya sangat memungkinkan manusia dalam
kesehariannya ditidurkan dan dibangunkan dengan media social ini (maksudnya
media social layaknya sudah menjadi teman sejati).
Biusan-biusan
layar smartphone seolah bekerja sangat optimal membuat korbannya mati rasa
terhaadap lingkungan yang sebenarnya (termasuk manusia di sekitarnya) sehingga
menganggap apa yang ada di sekitarnya hanya fatamorgana dan dunia sesungguhnya
itu ada pada smartphone. Betul-betul obat bius mujarab yah!.
Indikasi
obat bius ini nyata kok. Coba kita tengok secara empiric realitas yang
terjadi!.
Pertama:
terkadang orang menghiraukan (cuekin) keberadaan orang lain di sampingnya dan
tak menggubris sama sekali pertanyaan orang lain itu karena dia terlalu sibuk
memesrakan jari jemarinya di smartphone. Interaksi sosila secara langsung
dengan personnya mulai renggang.
Kedua:
biasa
kita jumpai beberapa orang dalam satu tempat namun tak ada komunikasi secara
verbal di situ, hanya sesekali berkomunikasi itupun secara nonverbal (dengan
isyarat dan lain-lain). Mengapa??? Karena mereka masing-masing sibuk dengan
“dunia layarnya”. Meraka duduk berjam-jam (dalam waktu yang cukup lama) namun
mereka seakan melihat orang di sampingnya tak lebih penting dengan
teman-temannya di dunia layar. Komunikasi secara langsung dengan orang
dihadapan kita seakan diabaikaan. Saya rasa dalam hal ini kita harus
proporsional.
Ketiga:
saya kira hal ini tak populer namun ada, iya!. Ada orang tua yang mengabaikan
buah hatinya hanya karena smartphonenya sehingga ada cerita mengenai seorang
anak yang ditanya oleh orang tuanya: “cita-citanya mau jaadi apa nak? Anak itu
menjawab: “ayah, bunda! Saya mau jadi smartphoe”. Sontak orang tuanya kaget
mendengar jawaban anaknya sembari ibunya bertanya: “kenapa mau jadi smartphone
nak?” anaknya menjawab: “iya bunda karena saya iri dengan smartphone, ayah dan
bunda sangat menyayangi smarphone itu, setiap hari dibawa, dilihati dan jari
jemari ayah dan bunda tak pernah lepas darinya, sebagian besar waktu ayah dan
bunda hanya dihabiskan dengan smartphone itu sementara saya dihiraukan dan
diabaikan. Saya juga mau ayah dan bunda tiap hari memesrakan jari jemarinya di
kepala saya, membelai rambutku, membawa ke mana-mana dan saya mau sebagian
besar waktu ayah dan bunda itu buat saya, tapi kan tidak, ayah dan bunda lebih
mementingkan smartphone. Mendengar jawaban itu, orang tuanya langsung menangis
dan merangkul buah hatinya itu.
Setidaknya
tiga insikasi obat bius mujarab di atas menjadi bukti bagaimana kita telah
berada dalam hegemoni media yang sungguh fantastis.
Apa
yang harus kita lakukan?. Sebaiknya kita harus proporsional dalam hal ini,
kemajuan IPTEK itu sangat bermanfaat, media social komunikasi via online itu
sangat membantu tetapi jangan hal itu membuat kebersamaan, silaturrahim, dan
komunikasi secara langsung menjadi luntur dan seperti yang diungkapkan Syamsul
Kurniawan di atas yaitu kesepian dan keterasingan baru yang menihilkan nilai
kemanusiaan.
SUKSES
DUNIA MAYA
SUKSES
DUNIA NYATA
PROPORSIONAL
“Wallahu
a’lam bi ash-shawab”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar