Oleh:
Haerul Akbar
Umat kristianai
merayakan hari natal
Umat islam hiruk pikuk
Sebuah
Kausalitas bahwa Interpretasi dan pemahaman tentang toleransi menuai banyak
perbedaan sehingga tak heran kalau berakibat pada pengaplikasian (pengamalan) toleransi
juga banyak menuai perbedaan.
Hingga
saya ingin berkata bahwa: berpijak dari riuhnya perbedaan tentang toleransi
maka mengatas namakan “toleransi” antar umat beragama (tataran sara’) sungguh terasa
sangat sensitif. Berhati-hatilah!!!... hanya memicu perdebatan yang tak kunjung
selesai.
Setelah
saya petakan berdasarkan pendekatan pertentangan di atas, maka saya ingin
menyatakan bahwa toleransi dalam semesta “ sara’ ” memiliki dua sisi yang
begitu frontal dan saling kontradiktif. Disatu sisi toleransi itu layaknya
sesuatu yang begitu indah, rukun, peduli, menghormati, menghargai, bermanfaat
dan seterusnya namun disisi lain seakan itu adalah sebilah belati yang setiap
saat bisa menyayat dan menikam jantung hingga kita tak berdaya… sekali lagi ini
analisis toleransi dalam semesta sara’
bukan pada semesta yang lain!!!
Bagi
Umat Islam, sungguh sederhana dan begitu luhur. Allah berfirman “lakum diinukum
waliyadin” konsep toleransi yang diajarkan antar umat beragama.
Biarkanlah
umat kristiani merayakan hari kebesarannya. Diam, mendengar, menyaksikan, tanpa
mengganggu, tanpa mengacaukan, maka itu sudah cukup menjadi indikator bahwa itu
toleransi.
"Wallahu' A'lam bi ash-Shawab"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar