Senin, 16 Mei 2016

“SIAPA DIBALIK LAYAR PENDIDIKAN”



Oleh: HAERUL AKBAR

MEMPERINGATI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: SEBUAH REFLEKSI  Berangkat dari spekulasi pribadi yang kukira masih sangat fluktuatif melihat realita pendidikan  

Pendidikan merupakan hal yang sangat sensitif bagi suatu bangsa terutama dalam menjaga generasinya. Keberadaan pendidikan merupakan hal yang sangat urgent dalam menjaga dan mencetak generasi  unggul. Demikianlah sehingga pendidikan itu selalu eksis berjalan seiring berjalannya roda kehidupan sebuah bangsa  dan negara, pendidikan selalu ada di mana setiap manusia berpijak
Eksistensi pendidikan (pendidikan formal) lazim digunakan sebagaai media atau wadah untuk mentransfer ilmu pengetahuan namun lebih dari itu diera pendidikan modern, pendidikan bukan hanya sebagai wadah untuk mentransfer ilmu pengetahuan melainkan juga sebagai wadah untuk membentuk dan membina kepribadian mansia/peserta didik meliputi pembentukan pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik atau manusia pada umumnya(sesuai kurikulum yang diterapkan)
Kalau begitu berarti kurikulum dan kepribadian manusia/peserta didik yang dihasilkan oleh sebuah wadah yang dinamakan “pendidikan” itu amat sangat tergantung oleh siapa dan ideologi apa yang menguasai sistem pendidikan suatu negara (misalnya) maka mereka dengan leluasa dan merasa bebas melahirkan generasi-generasi baru, lulusan-lulusan baru sesuai bentuk kepribadian atau hasil cetakan yang dikehendakinya.
Alangkah naifnya kalau pendidikan suatu bangsa/negara dikendalikan oleh sesuatu yang keliru dan menyimpang. Kalau sistem pendidikaan suatu bangsa dikendalikan oleh kaum liberal yang sistemnya sekuler maka bisa dijamin bahwa kurikulum pendidikannya akan berbau sekuler dan yakinlah lulusan atau generasi yang dihasilkan tentunya diorientasikan menjadi generasi-generasi yang liberal dan sekuler pula. Demikian juga kalau dikendalikan oeh sistem yang lain pasti orientassinya adalah melahirkan generasi yang bisa melanggengkan eksistensinya. Sedikit mengaitkan dengan agama Islam, kalau pendidikan itu dikendalikan oleh Islam maka tentulah akan lahir generasi-generasi islam yang akan menjaga Izzah islam.
Adapun potret pendidikan di Indonesia, entah dibalik kendali apa dan siapa? serta lulusan-lulusannya itu entah bercorak seperti apa? Dan ideologi yang bermain dibalik layar pendidikannya itu ideologi apa? Wallahu a’lam.
Saya ingin katakan bahwa Alhamdulillah mungkin kita telah optimal dan berhasil menjalankan proses belajar mengajar dengan baik yang ditunjang oleh fasilitas-fasilitas pembelajaran yang memadai, media-media pembelajaran yang tersedia, kucuran dana yang begitu besar, gedung-gedung dan ruangan belajar yang nyaman, pendidik-pendidik yang terampil menerapkan model-model dan metode-metode belajar. Itu semua merupakan hasil capaian yang luar biasa dalam semesta proses namun terlepas dari itu semua, menjadi renungan kritis dalam menerawang semesta hasil (out put): kita ini hanya kuantitas-kuantitas dan actor-aktor pendidikan, apakah kita pernah memikirkan ke mana arah pendidikan kita? Pendidikan kita sebagai cetakan generasi itu cetakannya seperti apa? Siapa yang mengendalikan pendidikan kita? Siapa yang menjadi sutradara kita yang ada di balik layar itu? Sebagai actor harus mengetahui dan mampu menerawang lebih jauh seperti apa ending dan hasil dan cerita pendidikan yang dilakoninya.
Boleh jadi kita berhasil mencetak generasi dan lulusan yang berilmu pengetahuan tinggi namun disisi kepribadiannya itu terbentuk kepribadiian yang naïf (karena tergantung siapa yang mengendalikan pendidikan saat itu)
Sangat boleh jadi kepribadian naïf itu dibentuk oleh ideology tertentu yang dianut oleh sebuah negara karena konsep pendidikan itu sangat dipengaruhi oleh ideology sebuah negara. Akhirnya tak jarang kita dengar dengan bahasa sederhananya “orang yang berilmu pengetahuan tinggi namun korupsi, memakai narkoba, mabuk-mabukan, berpangkat namun selalu berbuat ceroboh dan seterusnya”. Potret pendidikan yang tercemari.
Sungguh luar biasa para pelaksana dan para aktor-aktor pendidikan kita (terutama guru). Mereka sudah bekerja dengan baik, memikirkan konsep pendidikan yang matang, mempersiapkan rencana pembelajaran yang efisien dan efektif, mempersiapkan media pembelajaran yang bermacam-macam, masuk ruangan kelas dengan tepat waktu, memberikan wejangan yang luar biasa semata-mata untuk mencetak generasi yang unggul dan bermoral namun pada akhirnya generasi itu disabotase oleh pihak yang mengendalikan pendidikan dan dicekal oleh kehendak ideologi  atau sistem pendidikan tertentu.
PENDIDIKAN ADALAH KEBUTUHAN, MAKA PENDIDIKA HARUS DIKENDALIKAN OLEH UNSUR YANG BERSIH. NAMUN UNTUK SAAT INI, MENDAPATKAN SESUATU YANG BERSIH ITU TAK GAMPANG. TEMANKU BERKATA “APPOLOIKKO!!!”.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar