Oleh:
HAERUL AKBAR
MEMPERINGATI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: SEBUAH REFLEKSI Berangkat dari spekulasi pribadi yang kukira masih sangat fluktuatif melihat realita pendidikan
Pendidikan
merupakan hal yang sangat sensitif bagi suatu bangsa terutama dalam menjaga
generasinya. Keberadaan pendidikan merupakan hal yang sangat urgent dalam
menjaga dan mencetak generasi unggul.
Demikianlah sehingga pendidikan itu selalu eksis berjalan seiring berjalannya
roda kehidupan sebuah bangsa dan negara,
pendidikan selalu ada di mana setiap manusia berpijak
Eksistensi
pendidikan (pendidikan formal) lazim digunakan sebagaai media atau wadah untuk
mentransfer ilmu pengetahuan namun lebih dari itu diera pendidikan modern,
pendidikan bukan hanya sebagai wadah untuk mentransfer ilmu pengetahuan
melainkan juga sebagai wadah untuk membentuk dan membina kepribadian
mansia/peserta didik meliputi pembentukan pemikiran, perasaan, dan perilaku
peserta didik atau manusia pada umumnya(sesuai kurikulum yang diterapkan)
Kalau
begitu berarti kurikulum dan kepribadian manusia/peserta didik yang dihasilkan
oleh sebuah wadah yang dinamakan “pendidikan” itu amat sangat tergantung oleh
siapa dan ideologi apa yang menguasai sistem pendidikan suatu negara (misalnya)
maka mereka dengan leluasa dan merasa bebas melahirkan generasi-generasi baru,
lulusan-lulusan baru sesuai bentuk kepribadian atau hasil cetakan yang
dikehendakinya.
Alangkah
naifnya kalau pendidikan suatu bangsa/negara dikendalikan oleh sesuatu yang
keliru dan menyimpang. Kalau sistem pendidikaan suatu bangsa dikendalikan oleh
kaum liberal yang sistemnya sekuler maka bisa dijamin bahwa kurikulum
pendidikannya akan berbau sekuler dan yakinlah lulusan atau generasi yang dihasilkan
tentunya diorientasikan menjadi generasi-generasi yang liberal dan sekuler
pula. Demikian juga kalau dikendalikan oeh sistem yang lain pasti orientassinya
adalah melahirkan generasi yang bisa melanggengkan eksistensinya. Sedikit
mengaitkan dengan agama Islam, kalau pendidikan itu dikendalikan oleh Islam
maka tentulah akan lahir generasi-generasi islam yang akan menjaga Izzah islam.
Adapun
potret pendidikan di Indonesia, entah dibalik kendali apa dan siapa? serta
lulusan-lulusannya itu entah bercorak seperti apa? Dan ideologi yang bermain
dibalik layar pendidikannya itu ideologi apa? Wallahu a’lam.
Saya
ingin katakan bahwa Alhamdulillah mungkin kita telah optimal dan berhasil
menjalankan proses belajar mengajar dengan baik yang ditunjang oleh
fasilitas-fasilitas pembelajaran yang memadai, media-media pembelajaran yang
tersedia, kucuran dana yang begitu besar, gedung-gedung dan ruangan belajar
yang nyaman, pendidik-pendidik yang terampil menerapkan model-model dan
metode-metode belajar. Itu semua merupakan hasil capaian yang luar biasa dalam
semesta proses namun terlepas dari itu semua, menjadi renungan kritis dalam
menerawang semesta hasil (out put): kita ini hanya kuantitas-kuantitas dan
actor-aktor pendidikan, apakah kita pernah memikirkan ke mana arah pendidikan
kita? Pendidikan kita sebagai cetakan generasi itu cetakannya seperti apa?
Siapa yang mengendalikan pendidikan kita? Siapa yang menjadi sutradara kita
yang ada di balik layar itu? Sebagai actor harus mengetahui dan mampu
menerawang lebih jauh seperti apa ending dan hasil dan cerita pendidikan yang
dilakoninya.
Boleh
jadi kita berhasil mencetak generasi dan lulusan yang berilmu pengetahuan
tinggi namun disisi kepribadiannya itu terbentuk kepribadiian yang naïf (karena
tergantung siapa yang mengendalikan pendidikan saat itu)
Sangat
boleh jadi kepribadian naïf itu dibentuk oleh ideology tertentu yang dianut
oleh sebuah negara karena konsep pendidikan itu sangat dipengaruhi oleh
ideology sebuah negara. Akhirnya tak jarang kita dengar dengan bahasa
sederhananya “orang yang berilmu pengetahuan tinggi namun korupsi, memakai
narkoba, mabuk-mabukan, berpangkat namun selalu berbuat ceroboh dan
seterusnya”. Potret pendidikan yang tercemari.
Sungguh
luar biasa para pelaksana dan para aktor-aktor pendidikan kita (terutama guru).
Mereka sudah bekerja dengan baik, memikirkan konsep pendidikan yang matang,
mempersiapkan rencana pembelajaran yang efisien dan efektif, mempersiapkan
media pembelajaran yang bermacam-macam, masuk ruangan kelas dengan tepat waktu,
memberikan wejangan yang luar biasa semata-mata untuk mencetak generasi yang
unggul dan bermoral namun pada akhirnya generasi itu disabotase oleh pihak yang
mengendalikan pendidikan dan dicekal oleh kehendak ideologi atau sistem pendidikan tertentu.
PENDIDIKAN ADALAH
KEBUTUHAN, MAKA PENDIDIKA HARUS DIKENDALIKAN OLEH UNSUR YANG BERSIH. NAMUN
UNTUK SAAT INI, MENDAPATKAN SESUATU YANG BERSIH ITU TAK GAMPANG. TEMANKU
BERKATA “APPOLOIKKO!!!”.
Wallahu a’lam bi
ash-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar