Kamis, 05 Mei 2016

TELA’AH PERUBAHAN (SEBUAH KRITIK TERHADAP PERUBAHAN SEMU )

Oleh: Haerul Akbar
Tulisan ini secara umum saya peruntukkan untuk siapa saya yang minat untuk membacanya namun secara khusus kuperuntukkan untuk saudara ahmad zaky malik yang pada sebuah diskusi di dumay membahas tentang kebangkitan Islam dan kembalinya tatanan kehidupan Islam dalam sebuah institusi Negara.
Kami berdua sepakat akan penegakan syariat Islam namun sedikit berbeda pemahaman mengenai metode atau thariqah yang digunakan dalam mewujudkannya. Beliau mengatakan bahwa tak apa kita menggunakan demokrasi untuk mewujudkan Islam, kita harus mewujudkannya secara bertahap dll(sedikit berbeda dengan pandangan saya bahwa perubahan itu harus dimulai dari perubahan pada masyarakat dan menggunakan demokrasi sebagai alat merupakan suatu keliru).
Dalam diskusi itu beliau meminta saya untuk membaca artikel tentang keberhasilan perdana menteri Turki Erdogan yang katanya menggunakan demokrasi sebagai alat  untuk memperjuangkan Islam. Alhamdulillah saya telah membaca artikel yang berkenaan dengan Erdogan ini dan memang betul erdogan setahap demi setahap berjuang dalam menerapkan Islam ini namun diawal tulisan ini saya tak akan membahas terlalu banyak tentang Erdogan ini(sengaja disimpat diakhir tulisan). Saya ingin mengajak terlebih dahulu untuk menilik sebuah pandangan terkait dengan perubahan dan InsyaAllah akan saya hubungkan dengan perubahan yang telah ditorehkan oleh perdana menteri Turki yaitu erdogan yang selama ini dielu-elukan oleh publik termasuk saudara ahmad zaky hehehe.
Baik, pertama saya ingin mengatakan bahwa kembalinya kehidupan Islam itu diawali dengan perubahan di masyarakat dalam segala bidang. Mengubah masyarakat yang selama ini tidak islami menjadi islami.
Berbicara tentang masyarakat, setidaknya kita menjumpai dua pandangan. Pandangan pertama mengatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan individu yang mendiami sebuah tempat dan mempunyai tujuan yang sama. Pandangan kedua mengatakan bahwa masyarakat merupakan  kumpulan individu dalam suatu tempat yang diikat dengan pemikiran, perasaan, serta peraturan (sistem) tertentu. Nah dengan perbedaan pandangan mengenai masyarakat ini maka otomatis juga akan memiliki pandangan yang berbeda dalam mengubah masyarakat.
Kalau kita mencoba mengkaji lebih dalam mengenai pandangan yang pertama di atas, maka kita dapat memperoleh gambaran bahwa perubahan masyarakat  kuncinya ada pada perubahan individu. Kalau kita mengharapkan masyarakat yang Islami maka kita harus mengubah individu-individu itu menjadi Islami. Jadi kalau individu dalam masyarakat itu aqidahnya sudah Islami ditambah akhlaknya sudah Islami, cara berpakaiannya sopan dan cara bertutur katanya santun maka dianggaplah itu masyarakat yang islami. Itu pandangan yang pertama
Kalau kita menilik lebih jauh mengenai pandangan kedua di atas, kita memperoleh gambaran bahwa perubahan individu itu tidak serta merta berdampak pada perubahan masyarakat. Banyak atau sedikitnya individu yang dinilai baik atau islami tidak bisa dijadikan barometer atau indikator untuk merubah masyarakat untuk lebih baik. saya pertegas bahwa hal itu tidak bisa dijadikan sebuah indikator karena perubahan itu hanya pada tataran perubahan individu bukan pada perubahan secara komprehensif yang mengikat sebuah masyarakat dalam hal ini sebagaimana yang dalam pandangan kedua ini ialah yang mengikat masyarakat ialah prmikiran, perasaan, dan peraturan tertentu(islami). Jadi sekalipun individu dalam masyarakai itu pengamalan agamanya bagus(ibadah ritual), akhlaknya bagus, makanan serta minumannya jauh dari yang haram, hidup bertetangga rukun, maka ini bagi saya tetap belum bisa dikatakan masyarakat Islami karena itu hanya pada tataran individu sementara pemikiran, perasaan, dan peraturan yang mengikat masyarakat itu belum islami, masih diikat oleh yang lain entah itu demokrasi, sosialis, liberal, sekuler dan lain-lain.
Saya lebih condong pada argument atau pandangan kedua di atas karena saya anggap itu lebih riil dan lebih rasional dibanding perubahan yang diharapkan dengan memakai pandangan pertama di atas. Olehnya itu saya rasa perubahan itu ialah perubahan pada tataran pemikiran, perasaan, dan sistem(peraturan), bukan hanya perubahan individu. Dan perlu dicatat bahwa perubahan itu harus menyeluruh dan meliputi segenap sendi kehidupan dan tidak dilakukan secara bertahap(misalnya merubah individu terlebih dahulu dan masyarakat itu persoalan kedua) karena kalau terjadi perubahan masyarakat (misal dari yang tidak islami menjadi islami) maka pemikiran, perasaan, dan peraturan maka tanpa bertahap seluruhnya harus islami. Selain Islam, itu ditolak. Namun jika diterapkan secara bertahap ataupun secara parsial maka itu bukan perubahan yang sebenarnya pada masyarakat tetapi hanya perubahan pada level individu saja.
Nah sekarang saya akan mencoba menghubungkan dengan apa yang telah dicapai oleh Erdogan. Saya yakin setelah membaca pembahasan singkat di atas saudara-saudara sekalian sudah bisa menebak alur tulisan ini selanjutnya.
Beberapa artikel yang saya baca terkait dengan Erdogan, memberi gambaran kepada saya bahwa memang Erdogan ini secara umum mendapat sanjungan dan pujian karena dinilai sebagai pejuang Islam dan pemimpin yang Islami, diantara yang saya baca mengenai perjuangannya ialah memperjuangkan wanita muslimah untuk mengenakan jilbab dan bisa masuk dipemerintahan, kesejahteraan meningkat dan tak banyak lagi penganguran dan lain-lain. Mungkin dengan kenyataan ini Erdogan banyak disanjung dan dipuji khususnya dipuji oleh saudara saya Zaky namun bagi saya itu bukanlah perubahan yang sesungguhnya kendatipun saudara zaky menganggap itu perubahan yang luar biasa dan apa yang telah ditorehkan Erdogan itu patut kita tiru dan ikuti. Saya baru bisa mengatakan apa yang dicapai Erdogan itu sebagai perubahan yang sesungguhnya jika Erdogan mampu mengubah apa yang mengikat masyarakat Turki seperti dalam penjelasan di atas yaitu pemikiran, perasaan, dan peraturan tapi kan kenyataannya tidak. Di turki masih menggunakan sistem republik dan masih memakai sistem demokrasi yang sarat dengan sekuler, kedaulatan di turki masih tetap kedaulatan ada di tangan rakyat. Ingat!!! Perubahan hakiki itu disaat Islam bisa diterapkan secara menyeluruh. Pertanyaan selanjutnya apakah perubahan yang dibawah oleh Erdogan adalah perubahan individu atau perubahan masyarakat??? Dan perubahan Islam secara menyeluruh??? Silahkan jawab sendiri…
Contoh lain kita bisa lihat bagaimana terpilihnya Mursy sebagai presiden Mesir. Saya rasa tidak apaalah saya sedikit membahas tentang Mursy ini sekaligus untuk menanggapi komentar kakanda iqbal disebuah status yang saya buat di Facebook. Kakanda iqbal mengatakan bahwa kita hanya butuh pemimpin yang baik dan tanggung jawab maka dengan sendirinya pemerintahan menjadi baik. siapa yang mengelak keshalehan seorang Dr Muhammad Mursy(Presiden Mesir)??? Beliau seorang penghafal al-Quran, seorang aktivis dakwah, dan lain-lain. Nah secara umum pasti kita akan menilai itu sesuatu yang luar biasa karena seorang Islam yang taat pada agama dan baik itu bisa memimpin sebuah Negara di Mesir tetapi dalam perspektif perubahan masyarakat sebagaimana yang disinggung di atas, maka apa yang dilakukan Mursy tak ada pengaruhnya terhadap perubahan masyarakat apalagi pada tatanan pemerintahan karena sama sekali tidak menyentuh rana pemikiran, perasaan, dan peraturan Islam, kenyataannya Mesir belum menerapkan Islam sepenuhnya.
Hemat saya apa yang telah diraih Erdogan, Mursy, dan lain-lain pada perspektif perubahan individu, saya sendiri bangga dan menganggap itu sesuatu yang luar biasa namun dalam perspektif perubahan secara totalitas maka saya melihat masih banyak kekurangannya. Olehnya itu hemat saya harus ada perubahan terhadap yang mengikat sebuah masyarakat atau Negara. Apa itu??? Perubahan menuju pemikiran, perasaan, dan peraturan yang Islam.
Hehehe… ada yang menarik, Hhmmm. Mungkin para pembaca sekalian mengatakan “Lebih mending Erdogan atau Mursy yang sudah jelas bisa berbuat banyak dibanding yang hanya sekadar memberi wacana dan melempar kritikan dan tak pernah terwujud”… heheh gini saja deh… Erdogan itu melakukan perubahan secara parsial yang pasti sifatnya SEMU dan wajarlah kalau ada yang mengkritisi bahwa perubahan itu harus totalitas dan universal. Ingat!!! mengkritisi itu baik sepanjang ada solusi yang ditawarkan, kalau tidak ada solusi yang ditawarkan maka bukan solusi namanya. Kalau dikatakan lagi emang sih perubahan itu harus secara parsial dulu, tahap demi tahap, loh berarti itu Cuma sebatas perubahan individu yang sama sekali kagak punya pengaruh pada perubahan masyarakat karena tidak menyentuh pada tiga aspek (pemikiran, perasaan, dan peraturan tertentu).
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Tulisan di atas merupakan refleksi dari pemahaman saya terhadap kitab nidzamul Islam dan kitab attakattul al hizby karangan syekh Taqiuddin an-nabhani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar