Oleh:
Haerul Akbar
Tulisan
ini secara umum saya peruntukkan untuk siapa saya yang minat untuk membacanya
namun secara khusus kuperuntukkan untuk saudara ahmad zaky malik yang pada
sebuah diskusi di dumay membahas tentang kebangkitan Islam dan kembalinya
tatanan kehidupan Islam dalam sebuah institusi Negara.
Kami
berdua sepakat akan penegakan syariat Islam namun sedikit berbeda pemahaman
mengenai metode atau thariqah yang digunakan dalam mewujudkannya. Beliau
mengatakan bahwa tak apa kita menggunakan demokrasi untuk mewujudkan Islam,
kita harus mewujudkannya secara bertahap dll(sedikit berbeda dengan pandangan
saya bahwa perubahan itu harus dimulai dari perubahan pada masyarakat dan
menggunakan demokrasi sebagai alat merupakan suatu keliru).
Dalam
diskusi itu beliau meminta saya untuk membaca artikel tentang keberhasilan
perdana menteri Turki Erdogan yang katanya menggunakan demokrasi sebagai
alat untuk memperjuangkan Islam.
Alhamdulillah saya telah membaca artikel yang berkenaan dengan Erdogan ini dan
memang betul erdogan setahap demi setahap berjuang dalam menerapkan Islam ini
namun diawal tulisan ini saya tak akan membahas terlalu banyak tentang Erdogan
ini(sengaja disimpat diakhir tulisan). Saya ingin mengajak terlebih dahulu
untuk menilik sebuah pandangan terkait dengan perubahan dan InsyaAllah akan
saya hubungkan dengan perubahan yang telah ditorehkan oleh perdana menteri
Turki yaitu erdogan yang selama ini dielu-elukan oleh publik termasuk saudara
ahmad zaky hehehe.
Baik,
pertama saya ingin mengatakan bahwa kembalinya kehidupan Islam itu diawali
dengan perubahan di masyarakat dalam segala bidang. Mengubah masyarakat yang
selama ini tidak islami menjadi islami.
Berbicara
tentang masyarakat, setidaknya kita menjumpai dua pandangan. Pandangan pertama
mengatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan individu yang mendiami sebuah
tempat dan mempunyai tujuan yang sama. Pandangan kedua mengatakan bahwa
masyarakat merupakan kumpulan individu
dalam suatu tempat yang diikat dengan pemikiran, perasaan, serta peraturan (sistem)
tertentu. Nah dengan perbedaan pandangan mengenai masyarakat ini maka otomatis
juga akan memiliki pandangan yang berbeda dalam mengubah masyarakat.
Kalau
kita mencoba mengkaji lebih dalam mengenai pandangan yang pertama di atas, maka
kita dapat memperoleh gambaran bahwa perubahan masyarakat kuncinya ada pada perubahan individu. Kalau
kita mengharapkan masyarakat yang Islami maka kita harus mengubah individu-individu
itu menjadi Islami. Jadi kalau individu dalam masyarakat itu aqidahnya sudah
Islami ditambah akhlaknya sudah Islami, cara berpakaiannya sopan dan cara
bertutur katanya santun maka dianggaplah itu masyarakat yang islami. Itu
pandangan yang pertama
Kalau
kita menilik lebih jauh mengenai pandangan kedua di atas, kita memperoleh
gambaran bahwa perubahan individu itu tidak serta merta berdampak pada
perubahan masyarakat. Banyak atau sedikitnya individu yang dinilai baik atau
islami tidak bisa dijadikan barometer atau indikator untuk merubah masyarakat
untuk lebih baik. saya pertegas bahwa hal itu tidak bisa dijadikan sebuah
indikator karena perubahan itu hanya pada tataran perubahan individu bukan pada
perubahan secara komprehensif yang mengikat sebuah masyarakat dalam hal ini
sebagaimana yang dalam pandangan kedua ini ialah yang mengikat masyarakat ialah
prmikiran, perasaan, dan peraturan tertentu(islami). Jadi sekalipun individu
dalam masyarakai itu pengamalan agamanya bagus(ibadah ritual), akhlaknya bagus,
makanan serta minumannya jauh dari yang haram, hidup bertetangga rukun, maka
ini bagi saya tetap belum bisa dikatakan masyarakat Islami karena itu hanya
pada tataran individu sementara pemikiran, perasaan, dan peraturan yang
mengikat masyarakat itu belum islami, masih diikat oleh yang lain entah itu
demokrasi, sosialis, liberal, sekuler dan lain-lain.
Saya
lebih condong pada argument atau pandangan kedua di atas karena saya anggap itu
lebih riil dan lebih rasional dibanding perubahan yang diharapkan dengan
memakai pandangan pertama di atas. Olehnya itu saya rasa perubahan itu ialah
perubahan pada tataran pemikiran, perasaan, dan sistem(peraturan), bukan hanya
perubahan individu. Dan perlu dicatat bahwa perubahan itu harus menyeluruh dan meliputi
segenap sendi kehidupan dan tidak dilakukan secara bertahap(misalnya merubah
individu terlebih dahulu dan masyarakat itu persoalan kedua) karena kalau
terjadi perubahan masyarakat (misal dari yang tidak islami menjadi islami) maka
pemikiran, perasaan, dan peraturan maka tanpa bertahap seluruhnya harus islami.
Selain Islam, itu ditolak. Namun jika diterapkan secara bertahap ataupun secara
parsial maka itu bukan perubahan yang sebenarnya pada masyarakat tetapi hanya
perubahan pada level individu saja.
Nah
sekarang saya akan mencoba menghubungkan dengan apa yang telah dicapai oleh
Erdogan. Saya yakin setelah membaca pembahasan singkat di atas saudara-saudara
sekalian sudah bisa menebak alur tulisan ini selanjutnya.
Beberapa
artikel yang saya baca terkait dengan Erdogan, memberi gambaran kepada saya bahwa
memang Erdogan ini secara umum mendapat sanjungan dan pujian karena dinilai
sebagai pejuang Islam dan pemimpin yang Islami, diantara yang saya baca
mengenai perjuangannya ialah memperjuangkan wanita muslimah untuk mengenakan
jilbab dan bisa masuk dipemerintahan, kesejahteraan meningkat dan tak banyak
lagi penganguran dan lain-lain. Mungkin dengan kenyataan ini Erdogan banyak
disanjung dan dipuji khususnya dipuji oleh saudara saya Zaky namun bagi saya
itu bukanlah perubahan yang sesungguhnya kendatipun saudara zaky menganggap itu
perubahan yang luar biasa dan apa yang telah ditorehkan Erdogan itu patut kita
tiru dan ikuti. Saya baru bisa mengatakan apa yang dicapai Erdogan itu sebagai
perubahan yang sesungguhnya jika Erdogan mampu mengubah apa yang mengikat
masyarakat Turki seperti dalam penjelasan di atas yaitu pemikiran, perasaan,
dan peraturan tapi kan kenyataannya tidak. Di turki masih menggunakan sistem republik
dan masih memakai sistem demokrasi yang sarat dengan sekuler, kedaulatan di
turki masih tetap kedaulatan ada di tangan rakyat. Ingat!!! Perubahan hakiki
itu disaat Islam bisa diterapkan secara menyeluruh. Pertanyaan selanjutnya
apakah perubahan yang dibawah oleh Erdogan adalah perubahan individu atau
perubahan masyarakat??? Dan perubahan Islam secara menyeluruh??? Silahkan jawab
sendiri…
Contoh
lain kita bisa lihat bagaimana terpilihnya Mursy sebagai presiden Mesir. Saya
rasa tidak apaalah saya sedikit membahas tentang Mursy ini sekaligus untuk
menanggapi komentar kakanda iqbal disebuah status yang saya buat di Facebook.
Kakanda iqbal mengatakan bahwa kita hanya butuh pemimpin yang baik dan tanggung
jawab maka dengan sendirinya pemerintahan menjadi baik. siapa yang mengelak keshalehan
seorang Dr Muhammad Mursy(Presiden Mesir)??? Beliau seorang penghafal al-Quran,
seorang aktivis dakwah, dan lain-lain. Nah secara umum pasti kita akan menilai
itu sesuatu yang luar biasa karena seorang Islam yang taat pada agama dan baik
itu bisa memimpin sebuah Negara di Mesir tetapi dalam perspektif perubahan
masyarakat sebagaimana yang disinggung di atas, maka apa yang dilakukan Mursy
tak ada pengaruhnya terhadap perubahan masyarakat apalagi pada tatanan
pemerintahan karena sama sekali tidak menyentuh rana pemikiran, perasaan, dan
peraturan Islam, kenyataannya Mesir belum menerapkan Islam sepenuhnya.
Hemat
saya apa yang telah diraih Erdogan, Mursy, dan lain-lain pada perspektif
perubahan individu, saya sendiri bangga dan menganggap itu sesuatu yang luar
biasa namun dalam perspektif perubahan secara totalitas maka saya melihat masih
banyak kekurangannya. Olehnya itu hemat saya harus ada perubahan terhadap yang
mengikat sebuah masyarakat atau Negara. Apa itu??? Perubahan menuju pemikiran,
perasaan, dan peraturan yang Islam.
Hehehe…
ada yang menarik, Hhmmm. Mungkin para pembaca sekalian mengatakan “Lebih
mending Erdogan atau Mursy yang sudah jelas bisa berbuat banyak dibanding yang
hanya sekadar memberi wacana dan melempar kritikan dan tak pernah terwujud”…
heheh gini saja deh… Erdogan itu melakukan perubahan secara parsial yang pasti
sifatnya SEMU dan wajarlah kalau ada yang mengkritisi bahwa perubahan itu harus
totalitas dan universal. Ingat!!! mengkritisi itu baik sepanjang ada solusi
yang ditawarkan, kalau tidak ada solusi yang ditawarkan maka bukan solusi
namanya. Kalau dikatakan lagi emang sih perubahan itu harus secara parsial
dulu, tahap demi tahap, loh berarti itu Cuma sebatas perubahan individu yang
sama sekali kagak punya pengaruh pada perubahan masyarakat karena tidak
menyentuh pada tiga aspek (pemikiran, perasaan, dan peraturan tertentu).
Wallahu a’lam bi
ash-shawab.
Tulisan
di atas merupakan refleksi dari pemahaman saya terhadap kitab nidzamul Islam
dan kitab attakattul al hizby karangan syekh Taqiuddin an-nabhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar