Senin, 29 Agustus 2016

ISLAM NUSANTARA YES OR NO??? (Haerul Akbar)



Melihat fenomena perselisihan sesama umat islam sendiri terkait dengan wacana Islam Nusantara, itu sudah cukup menjadi indikasi bahwa musuh islam telah berhasil membuat kita saling tindih menindih. Musuh tertawa terbahak-bahak, kita sesama umat islam terlena dengan Racun-racun yang mereka lempar.(sebagai prolog)
Saya hanya orang awam, kapasitas keilmuan saya yang begitu minim sehingga Saya tak punya kapasitas untuk mengatakan bahwa wacana Islam Nusantara itu salah. Namun saya hanya ingin memberikan sedikit pandangan saya terkait dengan hal tersebut. Tulisan ini dimulai dengan mencoba melihat tiga analisis pribadi saya disertai jawaban singkat saya terkait dengan Probabilitas statemen terhadap realitas kehidupan berIslam di Indonesia seperti yang diterangkan dibawah ini:
Yang pertama: analisis realitas kemasyrakatan, dikatakan bahwa masyarakat itu bersifat dinamis, baik berkaitan dengan adat, budaya serta kebiasaan terutama bersifat dinamis pada sebuah perubahan.
Nah, bagaimana islam menyikapi perubahan ini??? Islam secara normatif punya tolak ukur tersendiri dalam menyikapi perubahan tersebut. Islam punya sumber yang asli dan jelas yaitu al-Qur’an, Hadits, ijma dan Qiyas. Jadi, adat, budaya, kebiasaan serta perubahan-perubahan Dallam bermasyarakat harus tetap disandarkan kepada Islam bukan malah sebaliknya Islam yang disesuaikan dengan realitas tersebut.
Yang kedua: analisis realitas fenomena perbedaan dalam memahami islam.
Hal ini tak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena mulai dari zaman Nabipun sampai sekarang kita selalu melihat perbedaan dalam memahami Islam. Hal ini bisa saja disebabkan karena pemahaman tiap individu itu berbeda serta madzhab yang dijadikan pijakan juga berbeda. Perbedaan seperti ini dibenarkan dalam Islam karena terjadinya perbedaan ini beralasan secara Syar’i.
Yang ketiga: analisis realitas keberadaan Umat Islam di dunia terutama yang ada di timur tengah yang tengah bergejolak dimana dipandang bahwa umat islamlah sebagai biangnya.
Saya ingin katakan bahwa Jangan karena bergejolaknya umat Islam di sana lantas kita menjustifikasi bahwa Islamlah biangnya, sehingga kita umat Islam akan buta akan musuh kita yang sesungguhnya. Kita terus ditutupi mata kita oleh musuh Islam akan penyebab utama bergejolaknya saudara kita sesama Muslim di Timur tengah. Mata kita ditutupi dengan menciptakan pertentangan-pertentangan antar kita umat islam sehingga mata kita seakan tak pernah melirik mereka sebagai musuh yang sesunguhnya. Makanya jangan heran kalau sering kita mendengar perkataan seperti ini: Islam Indonesia jauh lebih baik disbanding Islam Palestina yang kerjaannya hanya menumpahkan darah, kita harus mempertahankan islam kita yang terbaik agar bisa jadi patokan bagi Islam di Negara-negara lain.
Ketiga analisis di atas tak bisa kita nafikan realitasnya. Kebenaran analisis ini dapat dibuktikan secara empirik dan rasional dalam semesta ke-Indonesiaan. Meskipun itu merupakan sebuah kebenaran yang mungkin masih bersifat kebenaran spekulatif tetapi hal itu tak bisa dijadikan pijakan untuk melahirkan sekte-sekte, varietas-varietas, pengklasifikasian terkait keberadaan manusia dalam berislam… itu Cuma sebatas realitas yang harus kita sesuaikan dengan ajaran murni Islam(al-Qur’an dan Hadits) bukan malah sebaliknya islam yang menyesuaikan dengan realitas tersebut.
Kendatipun demikian, ketiga analisis di atas, sering saja dijadikan pijakan untuk melahirkan varietas-varietas dalam kehidupan berislam, sering dijadikan pijakan untuk membagi Islam dengan dengan label-label tertentu, mengklasifikasi Islam dengan kutub-kutub tertentu dan seterusnya sebagaimana yang saat ini wacana keislaman yang lagi hangat dalam perbincangan(nggak etis kalau disebut namanya) sehingga tak heran kalau pikiran kita teracuni ide musuh-musuh Islam yang menanamkan bahwa dalam berislam ada namanya Islam spiritual, Islam nasional, islam politik, moderat, tradisional, islam radikal, islam hakikat, islam Syariah dan seterusnya. Pengklasifikasin seperti ini justru bisa mengaburkan pandangan umat islam terkait Islam yang sesunggguhnya.
Realitas-realitas tersebut menurut saya keliru untuk dijadikan sebagai induk lahirnya pengklasifikasian dalam berislam, Varietas-varietas islam, serta jenis-jenis islam, karena hal itu justru akan memecah belah Islam. Umat Islam akan mudah terpecah belah antara varietas yang satu dengan varietas yang lain, jenis Islam yang satu dengan jenis Islam yang lain. padahal islam itu satu, tak ada pembagian-pembagiannya, tak ada pembagian kutub. Jangan terjebak dengan pengklasifikasian seperti ini karena pengklasifikassian seperti ini merupakan cara licik para penjajah barat supaya dengan mudah menghancurkan islam.
Namun apalah daya Pengklasifikasian itu sudah muncul sebagai racun di tengah kehidupan berIslam sehingga dikenallah islam moderat, islam hakikat, islam Sayriah dan seterusnya sehingga dengan mudah umat islam dipecah belah dan diadudomba dengan mengatasnamakan varietas, jenis, dan pengklasifikasian islam tersebut oleh para musuh Islam. Hal yang paling memilukan jika varietas itu bertambah banyak dan musuh Islam tambah galak memunculkan berbagai macam varietas dan pengklasifikasian dalam berIslam.
Harus kita waspadai sedini mungkin. Jangan mudah terjebak dengan munculnya penamaan-penamaan yang membutakan kita terkait dengan Islam yang sesungguhnya…
Untuk menjawab pertanyaan apakah Islam nusantara Yes Or No, maka lihatlah argument-argumen terkait dengan wacana Islam Nusantara kemudian bandingkan dengan penjelasan saya… karena sekali lagi saya katakan bahwa saya belum punya kapasitas untuk mengatakan di depan umum bahwa Islam Nusantara itu YES atau Islam Nusantara itu NO tetapi secara pribadi tentunya saya sudah punya pilihan sendiri.
Wallahu a’lam bi ash-Shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar