Melihat
fenomena perselisihan sesama umat islam sendiri terkait dengan wacana Islam
Nusantara, itu sudah cukup menjadi indikasi bahwa musuh islam telah berhasil
membuat kita saling tindih menindih. Musuh tertawa terbahak-bahak, kita sesama
umat islam terlena dengan Racun-racun yang mereka lempar.(sebagai prolog)
Saya
hanya orang awam, kapasitas keilmuan saya yang begitu minim sehingga Saya tak
punya kapasitas untuk mengatakan bahwa wacana Islam Nusantara itu salah. Namun
saya hanya ingin memberikan sedikit pandangan saya terkait dengan hal tersebut.
Tulisan ini dimulai dengan mencoba melihat tiga analisis pribadi saya disertai
jawaban singkat saya terkait dengan Probabilitas statemen terhadap realitas kehidupan
berIslam di Indonesia seperti yang diterangkan dibawah ini:
Yang
pertama: analisis
realitas kemasyrakatan, dikatakan bahwa masyarakat itu bersifat dinamis, baik
berkaitan dengan adat, budaya serta kebiasaan terutama bersifat dinamis pada
sebuah perubahan.
Nah,
bagaimana islam menyikapi perubahan ini??? Islam secara normatif punya tolak
ukur tersendiri dalam menyikapi perubahan tersebut. Islam punya sumber yang
asli dan jelas yaitu al-Qur’an, Hadits, ijma dan Qiyas. Jadi, adat, budaya,
kebiasaan serta perubahan-perubahan Dallam bermasyarakat harus tetap
disandarkan kepada Islam bukan malah sebaliknya Islam yang disesuaikan dengan
realitas tersebut.
Yang
kedua: analisis realitas
fenomena perbedaan dalam memahami islam.
Hal
ini tak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena mulai dari zaman Nabipun
sampai sekarang kita selalu melihat perbedaan dalam memahami Islam. Hal ini
bisa saja disebabkan karena pemahaman tiap individu itu berbeda serta madzhab
yang dijadikan pijakan juga berbeda. Perbedaan seperti ini dibenarkan dalam
Islam karena terjadinya perbedaan ini beralasan secara Syar’i.
Yang
ketiga: analisis realitas
keberadaan Umat Islam di dunia terutama yang ada di timur tengah yang tengah
bergejolak dimana dipandang bahwa umat islamlah sebagai biangnya.
Saya
ingin katakan bahwa Jangan karena bergejolaknya umat Islam di sana lantas kita
menjustifikasi bahwa Islamlah biangnya, sehingga kita umat Islam akan buta akan
musuh kita yang sesungguhnya. Kita terus ditutupi mata kita oleh musuh Islam
akan penyebab utama bergejolaknya saudara kita sesama Muslim di Timur tengah.
Mata kita ditutupi dengan menciptakan pertentangan-pertentangan antar kita umat
islam sehingga mata kita seakan tak pernah melirik mereka sebagai musuh yang
sesunguhnya. Makanya jangan heran kalau sering kita mendengar perkataan seperti
ini: Islam Indonesia jauh lebih baik disbanding Islam Palestina yang kerjaannya
hanya menumpahkan darah, kita harus mempertahankan islam kita yang terbaik agar
bisa jadi patokan bagi Islam di Negara-negara lain.
Ketiga
analisis di atas tak bisa kita nafikan realitasnya. Kebenaran analisis ini
dapat dibuktikan secara empirik dan rasional dalam semesta ke-Indonesiaan.
Meskipun itu merupakan sebuah kebenaran yang mungkin masih bersifat kebenaran
spekulatif tetapi hal itu tak bisa dijadikan pijakan untuk melahirkan
sekte-sekte, varietas-varietas, pengklasifikasian terkait keberadaan manusia
dalam berislam… itu Cuma sebatas realitas yang harus kita sesuaikan dengan
ajaran murni Islam(al-Qur’an dan Hadits) bukan malah sebaliknya islam yang
menyesuaikan dengan realitas tersebut.
Kendatipun
demikian, ketiga analisis di atas, sering saja dijadikan pijakan untuk
melahirkan varietas-varietas dalam kehidupan berislam, sering dijadikan pijakan
untuk membagi Islam dengan dengan label-label tertentu, mengklasifikasi Islam
dengan kutub-kutub tertentu dan seterusnya sebagaimana yang saat ini wacana
keislaman yang lagi hangat dalam perbincangan(nggak etis kalau disebut namanya) sehingga tak heran kalau pikiran
kita teracuni ide musuh-musuh Islam yang menanamkan bahwa dalam berislam ada
namanya Islam spiritual, Islam nasional, islam politik, moderat, tradisional, islam
radikal, islam hakikat, islam Syariah dan seterusnya. Pengklasifikasin seperti
ini justru bisa mengaburkan pandangan umat islam terkait Islam yang
sesunggguhnya.
Realitas-realitas
tersebut menurut saya keliru untuk dijadikan sebagai induk lahirnya
pengklasifikasian dalam berislam, Varietas-varietas islam, serta jenis-jenis
islam, karena hal itu justru akan memecah belah Islam. Umat Islam akan mudah
terpecah belah antara varietas yang satu dengan varietas yang lain, jenis Islam
yang satu dengan jenis Islam yang lain. padahal islam itu satu, tak ada
pembagian-pembagiannya, tak ada pembagian kutub. Jangan terjebak dengan
pengklasifikasian seperti ini karena pengklasifikassian seperti ini merupakan
cara licik para penjajah barat supaya dengan mudah menghancurkan islam.
Namun
apalah daya Pengklasifikasian itu sudah muncul sebagai racun di tengah
kehidupan berIslam sehingga dikenallah islam moderat, islam hakikat, islam
Sayriah dan seterusnya sehingga dengan mudah umat islam dipecah belah dan
diadudomba dengan mengatasnamakan varietas, jenis, dan pengklasifikasian islam
tersebut oleh para musuh Islam. Hal yang paling memilukan jika varietas itu
bertambah banyak dan musuh Islam tambah galak memunculkan berbagai macam
varietas dan pengklasifikasian dalam berIslam.
Harus
kita waspadai sedini mungkin. Jangan mudah terjebak dengan munculnya
penamaan-penamaan yang membutakan kita terkait dengan Islam yang sesungguhnya…
Untuk
menjawab pertanyaan apakah Islam nusantara Yes Or No, maka lihatlah
argument-argumen terkait dengan wacana Islam Nusantara kemudian bandingkan
dengan penjelasan saya… karena sekali lagi saya katakan bahwa saya belum punya
kapasitas untuk mengatakan di depan umum bahwa Islam Nusantara itu YES atau
Islam Nusantara itu NO tetapi secara pribadi tentunya saya sudah punya pilihan
sendiri.
Wallahu a’lam bi ash-Shawab